Daily Bulletin

  • Written by Mariano L.M. Heyden, Associate Professor of Strategy & International Business, Monash University
image

Sifat rendah hati menjadi lambang kebajikan terbaru di antara orang-orang dengan posisi berpengaruh seperti politisi, eksekutif, dan penyanyi populer.

Gagasan tentang CEO rendah hati adalah ide romantis yang jauh dari citra tokoh eksekutif serakah yang melayani diri sendiri. Saat menghadapi situasi sulit, CEO rendah hati akan mengorbankan kepentingan mereka sendiri demi kebaikan perusahaan atau masyarakat.

Hasil beberapa riset sejalan dengan anggapan bahwa pemimpin rendah hati lebih sopan, stabil emosinya, dan semangat mempelajari hal baru. Temuan lain: kecil kemungkinan mereka memiliki sifat-sifat membesarkan diri sendiri seperti narsisisme.

Ada lagi hasil penelitian lain: perusahaan dan tim lebih berhasil jika dipimpin oleh orang yang rendah hati. Tetapi, meski sifat rendah hati baik untuk bisnis, sulit sekali bagi para CEO untuk bersikap rendah hati dengan tulus.

Kesuksesan membinasakan sifat rendah hati

Satu kekuatan menonjol dari pemimpin rendah hati adalah kesadaran diri—yaitu kepercayaan diri atas kemampuan mereka dipadukan dengan kemampuan menakar keterbatasan diri dengan tepat. Namun, orang sering berpikir dirinya lebih mampu dari yang sebenarnya dan di saat yang sama menyepelekan keterbatasan mereka.

Misalnya, beberapa penelitian menemukan hal yang sama, yaitu orang-orang berpikir mereka di atas rata-rata—lebih pandai, cantik, dan bahkan lebih handal dalam mengemudi. Para CEO tidak terkecuali; mereka bahkan lebih mungkin berpikir seperti itu.

Alasan utamanya, para CEO sangat percaya diri—sesuatu yang ditempa oleh sukses dalam karier mereka. Apakah mereka naik melalui hirarki bisnis, atau seorang CEO selebriti yang ditunjuk ke posisi itu, yang jelas mereka orang yang sukses bersaing dengan calon lain yang sama-sama percaya diri dan berkemampuan.

Kepercayaan diri yang ditempa oleh kesuksesan dalam karier penting untuk kepemimpinan. Tetapi kesuksesan bisa jadi berkat sekaligus kutukan. Daftar kesuksesan yang panjang dapat membuat seorang CEO menakar kelebihan mereka terlalu tinggi tanpa mengakui peran faktor-faktor lain seperti keberuntungan dalam pencapaian mereka.

Kepercayaan diri begini bisa merugikan organisasi. Penelitian menunjukkan para CEO yang menaksir kemampuan mereka terlalu tinggi condong membayar lebih untuk akuisisi, mengambil risiko yang tidak semestinya, meluncurkan produk yang tidak berhasil dan mendorong kinerja perusahaan yang tidak menentu.

Bertindak ‘seperti CEO’

Menemukan CEO yang rendah hati sungguhan saja sulit, apalagi kalau kita melihat profil kepribadian orang-orang yang biasanya berambisi menjadi CEO. Masalahnya bisa tambah rumit.

Penelitian memperlihatkan pekerjaan tertentu menarik orang dengan sifat tertentu. Para perekrut juga mengandalkan penilaian mereka sendiri, seringkali subjektif, berkait apakah kepribadian calon akan sesuai dengan organisasi atau pekerjaannya.

Atribut kepribadian seperti ambisi, fokus pada hasil, ketegasan, dan keberanian mengambil risiko cenderung lebih lazim ditemukan di antara CEO dibandingkan di masyarakat umum. Orang-orang yang memiliki semua atribut tersebut, atau kombinasinya, mungkin lebih pandai berpura-pura mereka cocok untuk peranan tertentu.

Misalnya, penelitian menunjukkan orang-orang narsis mahir menampakkan diri sebagai orang berkarisma di awal pertemuan. Karisma adalah atribut yang dicari pada seorang CEO. CEO berkarisma biasanya menerima gaji yang lebih tinggi.

Jadi sifat rendah hati yang otentik mungkin langka di antara calon untuk posisi CEO.

Yang merintangi kepemimpinan rendah hati

Para CEO rendah hati menekankan kepemimpinan sebagai aktivitas bersama dan meminta nasihat dari orang yang lain. Walaupun pendekatan ini menghasilkan keputusan yang lebih analitis dan penuh pertimbangan, ia memakan waktu yang lama.

Perusahaan yang berhasil sering ditandai oleh kemampuan pengambilan keputusan yang cepat. Sebenarnya, bukti-bukti memperlihatkan para CEO yang lebih narsis mungkin juga lebih cepat dalam mengambil keputusan, misalnya, tentang teknologi baru.

Para CEO juga diharapkan mampu membuat ramalan jitu untuk masa depan yang tidak pasti. Namun, di tengah ketidakpastian, para manager sering membebek mayoritas dan akibatnya perusahaan jadi saling menjiplak prediksi. Berbeda dengan CEO rendah hati; berkat kesadaran diri mereka yang tinggi, mereka lebih mungkin mengeluarkan nasihat yang lebih realistis yang berbeda dari optimisme kolektif.

Namun, para analis lebih suka dengan prediksi optimis. Akibatnya, CEO rendah hati mungkin “dihukum” untuk nasihatnya yang lebih konservatif.

Beberapa penelitian menyimpulkan para profesional sukses semakin lebih sadar diri sejalan dengan pengalaman mereka. Kalau ini benar, mungkin berberapa CEO menjadi lebih rendah hati menjelang pensiun.

Namun, kebaikan yang dibawa umur dan pengalaman bisa jadi tertutup oleh kecenderungan lain yang biasa muncul di tahap lanjut karier seseorang. Sebagai contoh, para CEO yang hampir pensiun, mungkin akan mengurangi investasi di proyek inovasi. Selain itu, para CEO yang sudah lama menjabat biasanya menentang perubahan.

Membekali organisasi dengan atribut-atribut pemimpin yang baik dan benar sangat penting untuk kesuksesan. Sifat rendah hati berharga, tetapi langka, di kantor eksekutif.

Sulit untuk para CEO menjaga sifat rendah hati yang tulus sambil terus maju dalam karier mereka. Sementara, mereka yang aslinya memang rendah hati akan menghadapi tantangan-tantangan yang mungkin mengalahkan kebaikan-kebaikan yang melekat pada sifat rendah hati mereka.

Sifat rendah hati mungkin saja sekadar menjadi tren terbaru yang akan segera berlalu. Namun, organisasi yang bisa mendapatkan CEO yang sungguh-sungguh rendah hati mungkin mempunyai keuntungan lebih.

Authors: Mariano L.M. Heyden, Associate Professor of Strategy & International Business, Monash University

Read more http://theconversation.com/sulit-menemukan-ceo-rendah-hati-ini-alasannya-83649

Business News

A Guide to Finance Automation Software

When running a business, it is critical to streamline certain processes to maintain efficiency. Too much to spent manually on tasks can wind up being detrimental to the overall health of the organis...

Daily Bulletin - avatar Daily Bulletin

Top Tips for Cost-effective Storefront Signage

The retail industry is highly competitive and if you are in the process of setting up a retail store, you have come to the right place, as we offer a few tips to help you create a stunning storefront...

Daily Bulletin - avatar Daily Bulletin

How Freight Forwarding Simplifies Global Trade Operations

Global trade operations are becoming increasingly complex due to international regulations, customs procedures, and the sheer scale of global logistics. For businesses looking to expand internation...

Daily Bulletin - avatar Daily Bulletin